MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
TRADISI
SLAMETAN
NAMA :
MUHAMMAD FICKI
NPM :
54416852
KELAS :
1IA16
Pendahuluan
Bagi masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan
yang namanya nasi besek atau-pun nasi slametan. Biasanya nasi besek ini
diberikan oleh seseorang yang mengadakan suatu pengajian atau yang sering
disebut sebagai slametan. Slametan sendiri merupakan suatu bentuk rasa syukur
atau doa bagi mereka yang merayakannya. Slametan diadakan biasanya dalam
konteks acara untuk memperingati hari lahir, menjelang pernikahan, atau-pun
hal-hal berbahagia yang lain. Upacara
selamatan merupakan salah satu tradisi yang dianggap dapat menjauhkan diri dari
mala petaka. Slametan adalah konsep universal yang di setiap tempat pasti ada
dengan nama yang berbeda. Hal ini karena kesadaran akan diri yang lemah di
hadapan kekuatan-kekuatan di luar diri manusia.
Pembahasan
Penjelasan
Slametan adalah
sebuah tradisi ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Selamatan juga
dilakukan oleh masyarakat Sunda dan Madura.
Selamatan adalah suatu bentuk acara syukuran dengan mengundang beberapa kerabat
atau tetangga . Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama,
dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan
lauk pauk.
Slametan
berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia,
sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden
yang tidak dikehendaki. Sementara itu, menurut Clifford Geertz slamet berarti ora
ana apa-apa (tidak ada apa-apa).
Praktik
upacara selamatan sebagaimana yang diungkapkan oleh Hildred Geertz tersebut
pada umumnya dianut oleh kaum Islam Abangan, sedangkan bagi kaum Islam Putihan
(santri) praktik selamatan tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima, kecuali
dengan membuang unsur-unsur syirik yang menyolok seperti sebutan dewa-dewa dan
roh-roh. Karena itu bagi kaum santri, selamatan adalah upacara doa bersama
dengan seorang pemimpin atau modin yang kemudian diteruskan dengan makan-makan
bersama sekadarnya dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan
dari Allah Yang maha Kuasa.
Slametan
dilakukan untuk merayakan hampir semua kejadian, termasuk kelahiran, kematian
pernikahan, pindah rumah, dan sebagainya. Geertz mengkategorikan mereka ke
dalam empat jenis utama:
- Yang
berkaitan dengan kehidupan: kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian
- Yang
terkait dengan peristiwa perayaan Islam
- Bersih
desa ("pembersihan desa"), berkaitan dengan
integrasi sosial desa.
- Kejadian
yang tidak biasa misalnya berangkat untuk perjalanan panjang, pindah
rumah, mengubah nama, kesembuhan penyakit, kesembuhan akan pengaruh sihir,
dan sebagainya.
Asal
Usul
Selamatan
merupakan salah satu tradisi masyarakat Jawa yang mengalami akulturasi.
Masyarakat Jawa dikenal dengan tradisi budayanya yang kental dan dipengaruhi
oleh ajaran dan kepercayaan dari kebudayaan Hindu-Budha. Oleh karena itu, para
ulama Islam yang menyebarkan agama Islam di Jawa, atau lebih dikenal sebagai
Wali Songo, melakukan langkah akulturasi sebagai cara mereka untuk mengajarkan
ajaran agama Islam ke dalam lingkungan masyarakat Jawa. Pencampuran ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kekagetan terhadap budaya baru (culture shock)
pada masyarakat Jawa sehingga dapat menerima dan mengamalkan ajaran agama Islam
secara sukarela.
Pada
masa sebelum Islam masuk ke Indonesia, selamatan diadakan untuk berterimakasih
kepada para dewa dan leluhur mereka atas nikmat yang diberikan. Tradisi ini
dilakukan dengan menyiapkan berbagai jenis makanan untuk dijadikan sesajen.
Setelah Islam masuk, Selamatan saat ini diartikan sebagai suatu acara yang
diadakan sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan.
Selamatan ini dilakukan dengan kehadiran beberapa anggota masyarakat yang di
depannya disajikan berbagai jenis makanan dan dilakukan pembacaan do’a yang
dipanjatkan kepada Allah SWT. oleh seorang tokoh terkemuka dalam masyarakat
tersebut.
Kesimpulan
Slametan sudah menjadi budaya
Indonesia terutama masyarakat Jawa, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan
YME. Hal-hal positif yang dapat diambil dari tradisi ini yaitu mendekatkan diri
kepada Tuhan YME(Hablum Minallah), menjalin silahturahmi dengan masyarakat
sekitar(Hablum Minannas), serta kesadaran diri bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri. Slametan sangat baik bagi budaya bangsa yaitu agar saling berbagi
kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
Daftar Pustaka:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Selamatan
- http://www.kompasiana.com/honey95t/selamatan-hasil-dari-akulturasi_552940f9f17e61f6538b458f
- https://soetrisnoismail.wordpress.com/2012/08/02/asal-usul-haul-dan-budaya-kenduri/
Komentar
Posting Komentar