Get Lost in Sabang

Gambar
Berpetualang di Titik Nol KM Indonesia LIBURAN. Apa sih yang ada dibenak kalian kalau mendengar kata liburan? Pasti menyenangkan kan? tapi nyatanya gak semua liburan itu menyenangkan loh apalagi kalau kelamaan, liburan yang gue kira cuman 3 minggu ternyata sebulanan ini, awalnya gue habisin dengan jalan-jalan bareng temen gue ke bogor tapi itu juga cuman sehari dan sekali seminggu. Minggu pertama dihabiskan dengan wisata kuliner, waktu itu gue lagi kepengen banget makan ayam doyong gara-gara nonton jwestbros di youtube, akhirnya kesampean namun kurang puas karena, warung ayam doyong yang dikunjungi gue berbeda sama yang jwestbros kunjungi, soalnya ayamnya beda gitu terus gue dan temen gue memutuskan untuk lanjut ke surken beli martabak dewa yang ada di jwestbros dalam episode sama. Setelah mencoba martabaknya ternyata worth it lah perjuangan ngantrinya sampai hampir sejaman kurang dan harganya yang cukup mahal sih menurut gue yaitu 45 ribu. Minggu kedua. kali ini gue dan teman-t

Makalah Ilmu Budaya Dasar: Tradisi Slametan

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR

TRADISI SLAMETAN


NAMA       : MUHAMMAD FICKI
NPM           : 54416852
KELAS       : 1IA16


Slametan in Tjibodas: Wikipedia(sumber)


Pendahuluan
          
Bagi masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan yang namanya nasi besek atau-pun nasi slametan. Biasanya nasi besek ini diberikan oleh seseorang yang mengadakan suatu pengajian atau yang sering disebut sebagai slametan. Slametan sendiri merupakan suatu bentuk rasa syukur atau doa bagi mereka yang merayakannya. Slametan diadakan biasanya dalam konteks acara untuk memperingati hari lahir, menjelang pernikahan, atau-pun hal-hal berbahagia yang lain. Upacara selamatan merupakan salah satu tradisi yang dianggap dapat menjauhkan diri dari mala petaka. Slametan adalah konsep universal yang di setiap tempat pasti ada dengan nama yang berbeda. Hal ini karena kesadaran akan diri yang lemah di hadapan kekuatan-kekuatan di luar diri manusia.

Pembahasan

          Penjelasan

          Slametan adalah sebuah tradisi ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Selamatan juga dilakukan oleh masyarakat Sunda dan Madura. Selamatan adalah suatu bentuk acara syukuran dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga . Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.
Slametan berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Sementara itu, menurut Clifford Geertz slamet berarti ora ana apa-apa (tidak ada apa-apa).
Praktik upacara selamatan sebagaimana yang diungkapkan oleh Hildred Geertz tersebut pada umumnya dianut oleh kaum Islam Abangan, sedangkan bagi kaum Islam Putihan (santri) praktik selamatan tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima, kecuali dengan membuang unsur-unsur syirik yang menyolok seperti sebutan dewa-dewa dan roh-roh. Karena itu bagi kaum santri, selamatan adalah upacara doa bersama dengan seorang pemimpin atau modin yang kemudian diteruskan dengan makan-makan bersama sekadarnya dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Allah Yang maha Kuasa. 
Slametan dilakukan untuk merayakan hampir semua kejadian, termasuk kelahiran, kematian pernikahan, pindah rumah, dan sebagainya. Geertz mengkategorikan mereka ke dalam empat jenis utama:
  • Yang berkaitan dengan kehidupan: kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian
  • Yang terkait dengan peristiwa perayaan Islam
  • Bersih desa ("pembersihan desa"), berkaitan dengan integrasi sosial desa.
  • Kejadian yang tidak biasa misalnya berangkat untuk perjalanan panjang, pindah rumah, mengubah nama, kesembuhan penyakit, kesembuhan akan pengaruh sihir, dan sebagainya.
Asal Usul

Selamatan merupakan salah satu tradisi masyarakat Jawa yang mengalami akulturasi. Masyarakat Jawa dikenal dengan tradisi budayanya yang kental dan dipengaruhi oleh ajaran dan kepercayaan dari kebudayaan Hindu-Budha. Oleh karena itu, para ulama Islam yang menyebarkan agama Islam di Jawa, atau lebih dikenal sebagai Wali Songo, melakukan langkah akulturasi sebagai cara mereka untuk mengajarkan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan masyarakat Jawa. Pencampuran ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekagetan terhadap budaya baru (culture shock) pada masyarakat Jawa sehingga dapat menerima dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sukarela.
Pada masa sebelum Islam masuk ke Indonesia, selamatan diadakan untuk berterimakasih kepada para dewa dan leluhur mereka atas nikmat yang diberikan. Tradisi ini dilakukan dengan menyiapkan berbagai jenis makanan untuk dijadikan sesajen. Setelah Islam masuk, Selamatan saat ini diartikan sebagai suatu acara yang diadakan sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Selamatan ini dilakukan dengan kehadiran beberapa anggota masyarakat yang di depannya disajikan berbagai jenis makanan dan dilakukan pembacaan do’a yang dipanjatkan kepada Allah SWT. oleh seorang tokoh terkemuka dalam masyarakat tersebut.

Kesimpulan

          Slametan sudah menjadi budaya Indonesia terutama masyarakat Jawa, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME. Hal-hal positif yang dapat diambil dari tradisi ini yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan YME(Hablum Minallah), menjalin silahturahmi dengan masyarakat sekitar(Hablum Minannas), serta kesadaran diri bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Slametan sangat baik bagi budaya bangsa yaitu agar saling berbagi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.

 Daftar Pustaka:
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Selamatan
  • http://www.kompasiana.com/honey95t/selamatan-hasil-dari-akulturasi_552940f9f17e61f6538b458f
  • https://soetrisnoismail.wordpress.com/2012/08/02/asal-usul-haul-dan-budaya-kenduri/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Get Lost in Sabang

Pengantar Komputasi Modern: Komputer Kuantum

Penerapan Komputer Kuantum di Berbagai Bidang