MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
NAMA : MUHAMMAD FICKI
NPM : 54416852
KELAS : 1IA16
Pendahuluan
Manusia.
Manusia merupakan makhluk individu dan sosial, dimana manusia itu bisa membagi
suatu hal untuk dirinya sendiri ataupun dengan berbagi dengan manusia lain.
Dalam berbagai kitab dijelaskan bahwa manusia memerlukan manusia lain untuk
menemani atau membantunya di dunia, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Dalam Q.S. Al Hujuraat ayat 13,
Allah SWT berfirman “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki – laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa –
bangsa dan bersuku- suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” dalam surah
tersebut dijelaskan bahwa telah diciptakan manusia olehNya untuk bersosialisasi
dengan saling mengenenal satu sama lain. Dalam alkitab kejadian 2:18(TB)
dikatakan bahwa “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia
itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia.", setiap agama pasti mengajarkan manusia untuk berbuat
baik terhadap makhluk lainnya, agar kita bisa hidup dengan keseimbangan, maka
sangat jelas bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, karena
bagaimana-pun pasti akan membutuhkan manusia lain, contoh dalam fase awal
kehidupan seorang manusia, dimana ia masih bayi, pasti ia membutuhkan
orangtuanya untuk menghidupinya, semenjak didalam kandungan-pun manusia sudah
diajarkan bersosial oleh ibunya seperti mengelus-elus perut sambil mendoakannya
agar menjadi anak yang seperti apa. Manusia membutuhkan manusia lain untuk melanjutkan
keturunannya, manusia tanpa manusia lain bagaikan biji pohon tanpa terkena
sinar matahari, air hujan, dan lainnya, biji pohon itu akan sulit tumbuh dan
lama kelamaan mati tidak berguna. Manusia perlu belajar dari tumbuhan pohon
pisang, dalam keadaan apapun dia akan mengusahakan dirinya agar berguna,
contohnya pohon pisang hanya dapat di panen sekali, lalu ia akan mati tetapi
menghasilkan tunas baru sebagi penerusnya, begitupun jika ia terkena banjir dia
akan mati tapi tetap menghasilkan tunas baru, dengan harap si tunas baru ini
bisa tumbuh dan berguna.
Pembahasan
Manusia adalah makhluk
sosial. Fitrahnya memang demikian, manusia bukan makhluk soliter yang betah
hidup menyendiri seperti beruang kutub. Barangkali hanya dalam imajinasi
pengarang sufi bangsa Persia, Nizami Ganjafi, tokoh Majnun bisa hidup
menyendiri sampai mati demi keagungan cintanya kepada Laila, sang kekasih,
selebihnya tidak, apalagi dalam alam nyata. Manusia tidak bisa hidup sendiri.
Dia membutuhkan orang lain dalam lingkungan kehidupannya untuk berinteraksi.
Filsuf
Aristoteles (tahun 300 Sebelum Masehi), murid Plato, menggunakan istilah zoon politicon. Zoon berarti hewan, politicon berarti bermasyarakat. Secara harfiah
istilah itu berarti hewan yang bermasyarakat. Tetapi istilah tersebut
sebenarnya dipakai oleh Aristoteles dalam menerangkan sifat naluri manusia yang
memerlukan masyarakat dalam hidupnya satu hal yang membedakannya dari hewan
pada umumnya.
Adam
Smith, seorang filsuf yang berlatar belakang ekonomi, menyebut homo homini socius, manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya.
Penghargaan, anugerah, harga diri, marwah, respek, apresiasi, reputasi,
martabat, dan sebagainya baru akan memiliki makna bila ada lingkungan sosial.
Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup
bersama. Manusia lahir, tumbuh dan menjadi dewasa karena dan bersama manusia
lain. Adam Smith lebih jauh menyebut, manusia merupakan makhluk ekonomi (homo economicus), makhluk yang cenderung tidak pernah merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam
memenuhi kebutuhannya.
Dalam persaingan memperebutkan kebutuhannya
manusia bahkan tidak segan-segan menjadi homo
homini lupus, sebuah gagasan yang dipopulerkan oleh filsuf
Thomas Hobbes. Manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia lainnya. Kendati
manusia bersaing satu dengan lainnya demi mempertahankan kepentingan, dan itu
jamak terjadi dalam masyarakat modern, tetap saja gagasan homo homini lupus itu terasa sangat kejam. Namun sayangnya
kekejaman itu nyata terjadi di tengah masyarakat, ketika akal budi dikalahkan
oleh kepentingan sempit.
Manusia adalah homo
sapiens, makhluk pemikir, yang dengan mudah sebenarnya
bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang penting mana yang
ugent, mana yang prioritas mana yang tidak. Tak kira seberapa besar gelombang
yang menghadang hubungan sosial, perilaku organisasi, hubungan pertemanan,
sehingga kebenaran diketepikan tanpa basa-basi, akal budi tetaplah harus
menjadi pilar utama, sesuatu yang menjadi ruh pertemanan.
Karakteristik
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik
beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana
memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1.Dorongan untuk makan
2.Dorongan untuk mempertahankan diri
3.Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya
sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen
yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar
masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru
dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari
:
1)penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk
pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah
pengetahuan.
2) penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak
terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam
masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok
tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran
diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau
komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga
secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya
suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya
yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara
garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri
dari tiga hal yakni :
1)Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi
satu sama lain.
2)Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia
yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan
kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.
3)Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang
yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak
dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk
sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak
pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
Kedudukan
Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa
sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum,
mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar.
Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling
membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan
manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial
merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling
membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab
untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang
”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal
(masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan
wibawanya wajib mengayomi individu.
Pengembangan
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di
dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu
kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian
yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam
berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang
khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat
menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia
tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal
luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut
memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan
pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia
hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama
dalam memenuhi kebutuhan rohani.
Kesimpulan
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia
tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya.
Berikut
beberapa bukti bahwa manusia memerlukan manusia lainnya yaitu:
1. Adanya
suatu negara, yang terbentuk dari kelompok perorangan yang memiliki suatu visi dan
misi yang sama.
2. Adanya
aturan dan budaya, yang dimana setiap manusia mematuhi, mengikuti dan menegakan
hal tersebut.
3. Adanya
keluarga, manusia dilahirkan dari manusia lainnya.
Daftar
Pustaka
-Berkawan
biarlah seribu, drh.Chaidir, MM, 2012
-Interaksi
manusia sebagai makhluk sosial, Galang D. A., 2014
-Manusia sebagi
makhluk social dalam sudut pandang kema’rifatan
Komentar
Posting Komentar